Biaya Royalti dalam franchise biasanya dihitung sebagai persentase dari pendapatan bruto atau neto. Persentase ini akan ditentukan dalam kontrak franchise dan akan berbeda tergantung pada jenis bisnis dan persyaratan spesifik dari franchise.
Berikut ini adalah beberapa cara umum dalam menghitung royalti:
- Persentase dari Pendapatan Bruto: Dalam model ini, royalti dihitung sebagai persentase dari pendapatan bruto. Misalnya, jika royalti ditetapkan sebesar 5%, dan franchisee menghasilkan pendapatan bruto sebesar Rp. 50.000.000., maka royalti yang harus dibayarkan adalah Rp. 2.500.000
- Persentase dari Pendapatan Neto: Beberapa franchise mungkin memilih untuk mengambil persentase dari pendapatan neto, atau pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya. Jadi, jika pendapatan neto adalah Rp. 20,000.000 dan royalti adalah 5%, maka royalti yang harus dibayarkan adalah Rp. 1.000.000
- Royalti Tetap: Dalam beberapa kasus, franchise mungkin menetapkan biaya royalti tetap, tidak peduli berapa pendapatan franchisee. Misalnya, franchisee mungkin harus membayar Rp. 800.000 per bulan sebagai royalti, terlepas dari berapa banyak mereka mendapatkan pendapatan.
- Sliding Scale Royalty: Dalam model ini, tingkat royalti mungkin berubah berdasarkan pendapatan. Misalnya, franchisee mungkin membayar 5% pada pendapatan Rp. 100.000.000, 4% pada pendapatan hingga Rp. 80.000.000, dan seterusnya.
- Minimum Guarantee Plus Percentage: Franchisor mungkin menetapkan suatu minimum guarantee, dimana franchisee harus membayar jumlah minimum tersebut atau persentase dari penjualan, mana yang lebih tinggi.
Penting untuk mengetahui bahwa pembayaran royalti biasanya dilakukan pada interval tertentu, seperti setiap minggu, bulan, atau kuartal, tergantung pada kontrak franchise.
Perjanjian franchise juga mungkin memerlukan pembayaran biaya lainnya, seperti biaya pemasaran, biaya pelatihan, dan lain-lain. Oleh karena itu, penting bagi calon franchisee untuk memahami semua biaya yang terlibat sebelum menandatangani kontrak.
Kesalahan Umum dalam Perhitungan Biaya Royalti
Kesalahan Umum dalam Perhitungan Biaya Royalti Franchise” merujuk kepada kesalahan dalam memahami dan melaksanakan ketentuan pembayaran royalti dalam kontrak franchise. Kesalahan ini dapat mencakup sebagai berikut:
Tidak Memahami Istilah Kontrak
Kesalahan paling umum adalah tidak memahami sepenuhnya istilah dan ketentuan kontrak franchise. Ini bisa mencakup tidak memahami persentase royalti, bagaimana itu dihitung, dan kapan harus dibayarkan.
Mengabaikan Biaya Tersembunyi
Beberapa franchisee mungkin tidak memperhitungkan semua biaya tersembunyi yang bisa mempengaruhi pendapatan neto dan jumlah royalti. Ini bisa termasuk biaya pemasaran, biaya pelatihan, biaya pemeliharaan, dan lain-lain.
Menggunakan Metrik yang Salah
Franchisee bisa membuat kesalahan dengan menggunakan metrik yang salah saat menghitung royalti. Misalnya, mereka mungkin menggunakan pendapatan bruto alih-alih pendapatan neto, atau sebaliknya, tergantung pada apa yang ditentukan dalam kontrak.
Tidak Mempertimbangkan Variabel Waktu
Franchisee mungkin tidak memperhitungkan bahwa royalti biasanya dibayarkan pada interval tertentu. Mereka mungkin mengabaikan atau lupa tentang pembayaran ini, yang bisa menyebabkan pembayaran terlambat dan kemungkinan penalti.
Kurangnya Catatan Keuangan yang Akurat
Untuk menghitung royalti dengan benar, franchisee perlu menjaga catatan keuangan yang akurat dan terperinci. Jika mereka tidak melakukannya, ini bisa menyebabkan perhitungan yang salah dan potensi konflik dengan franchisor.
Masalah yang kerap terjadi dalam topik royalti
Keterlambatan Membayar Royalti
Apa yang terjadi bila Franchisee terlambat membayar biaya royalti?. Keterlambatan dalam pembayaran biaya royalti dapat memiliki beberapa dampak signifikan terhadap hubungan antara franchisee dan franchisor, antara lain:
- Perpecahan Hubungan: Hubungan bisnis yang baik didasarkan pada kepercayaan dan pemenuhan kewajiban. Jika franchisee terlambat membayar royalti, ini dapat merusak hubungan dengan franchisor dan menimbulkan ketidakpercayaan.
- Denda dan Sanksi: Banyak kontrak franchise mencakup denda atau sanksi untuk pembayaran royalti yang terlambat. Ini bisa berupa bunga tambahan, denda, atau bahkan pemberhentian kontrak dalam kasus keterlambatan yang berulang atau signifikan.
- Dampak pada Reputasi: Keterlambatan pembayaran royalti dapat merusak reputasi franchisee tidak hanya dengan franchisor, tetapi juga dengan mitra bisnis lainnya. Ini mungkin mempengaruhi kemampuan franchisee untuk mendapatkan kredit atau melakukan negosiasi kontrak di masa depan.
- Gangguan Operasional: Dalam kasus ekstrim, franchisor mungkin memutuskan untuk menghentikan operasi franchisee sampai pembayaran dilakukan. Ini bisa sangat merugikan bagi franchisee, terutama jika mereka memiliki banyak pekerja atau kontrak dengan pemasok yang harus dipenuhi.
Untuk alasan ini, sangat penting bagi franchisee untuk merencanakan keuangan mereka dengan hati-hati dan memastikan mereka memiliki dana yang cukup untuk memenuhi kewajiban royalti mereka tepat waktu.
Adanya biaya tersembunyi
Apa saja biaya tersembunyi yang mungkin mempengaruhi perhitungan biaya royalti dalam franchise?. Dalam bisnis franchise, biaya royalti adalah salah satu komponen utama, tetapi ada juga biaya lain yang mungkin tidak langsung terlihat namun bisa mempengaruhi pendapatan neto dan, pada gilirannya, perhitungan royalti. Beberapa biaya tersembunyi tersebut termasuk:
- Biaya Pemasaran dan Iklan: Sebagian besar franchise memerlukan franchisee untuk berkontribusi ke dana pemasaran atau iklan bersama. Biaya ini mungkin tidak secara langsung disebut sebagai “royalti”, namun masih mempengaruhi laba bersih franchisee.
- Biaya Pelatihan dan Dukungan: Beberapa franchisor mungkin mengenakan biaya tambahan untuk pelatihan awal, dukungan berkelanjutan, atau perbaruan sistem.
- Biaya Pemeliharaan dan Renovasi: Franchisor mungkin memerlukan franchisee untuk memperbarui atau merenovasi fasilitas mereka sesuai standar merek, dan biaya ini mungkin tidak diantisipasi oleh franchisee.
- Biaya Lisensi dan Perizinan: Terdapat biaya terkait pengurusan lisensi dan perizinan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis.
- Biaya Teknologi: Beberapa franchisor mungkin memerlukan sistem teknologi atau perangkat lunak khusus yang perlu dibeli atau diperbarui oleh franchisee.
Semua biaya ini bisa mempengaruhi perhitungan biaya royalti karena mereka mengurangi pendapatan neto franchisee. Oleh karena itu, sangat penting bagi calon franchisee untuk memahami semua biaya yang terlibat sebelum menandatangani kontrak franchise.
Pertanyaan sering diajukan (FAQ)
Apa perbedaan antara perhitungan royalti berdasarkan pendapatan bruto dan pendapatan neto?
Perbedaan antara perhitungan royalti berdasarkan pendapatan bruto dan pendapatan neto dalam franchise terletak pada dasar penghitungan dan dampaknya terhadap franchisee:
- Pendapatan Bruto: Jika royalti dihitung berdasarkan pendapatan bruto, maka franchisee harus membayar persentase tertentu dari total pendapatan yang diterima, sebelum biaya operasional, pajak, dan biaya lainnya dikurangi. Ini berarti bahwa besarnya royalti tidak dipengaruhi oleh efisiensi operasional atau biaya yang dikeluarkan oleh franchisee.
- Pendapatan Neto: Jika royalti dihitung berdasarkan pendapatan neto, maka franchisee membayar persentase tertentu dari pendapatan setelah dikurangi biaya operasional, pajak, dan biaya lainnya. Dalam model ini, franchisee mungkin membayar lebih sedikit royalti jika mereka mampu mengelola biaya operasional dengan efisien.
Perlu dicatat bahwa setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri dan pilihan antara dua model ini tergantung pada kesepakatan antara franchisor dan franchisee.
Franchise Starbucks menggunakan jenis pembayaran royalti seperti apa?
Sayang sekali, informasi ini sangat rahasia. Kami telah mencari tahu di berbagai sumber, namun tidak menemukan jawaban nya. Hal ini dikarenakan, sebagian besar toko Starbucks dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan itu sendiri, dan mereka biasanya hanya melakukan franchising atau lisensi di pasar tertentu atau dengan mitra yang sudah memiliki hubungan yang mapan dengan perusahaan.
Namun, dalam kasus di mana Starbucks melakukan franchising atau lisensi, detail tentang biaya dan struktur royalti biasanya dirahasiakan dan hanya dibagikan kepada pelamar franchise yang serius dan memenuhi syarat. Itu akan ditentukan dalam kontrak franchise individual.